PALU – Gubernur Sulawesi Tengah, Anwar Hafid, didaulat sebagai tamu istimewa saat kegiatan Halal Bihalal dan Pengukuhan Pengurus Wilayah Kerukunan Keluarga Luwu Raya (PW KKLR) Sulawesi Tengah periode 2025–2030 yang digelar di Aula MAN 2 Palu, Senin siang (12/5/2025).
Acara yang berlangsung penuh kehangatan itu dihadiri Sekjen Badan Pengurus Pusat (BPP) KKLR, Hi. Jaya Lupu, bersama sejumlah pengurus pusat KKLR.
Juga hadir tokoh-tokoh penting dari berbagai kalangan, termasuk perwakilan Dato Luwu, perwakilan KKSS Sulteng, mantan Wali Kota Palu Hidayat, politisi PDI-P Muharram Nurdin, mantan anggota DPRD Sulteng Nawawi S. Kilat, dan tokoh-tokoh masyarakat KKLR lainnya.
Di acara tersebut, Muhammad Nenk resmi dikukuhkan sebagai Ketua PW KKLR Sulteng periode 2025–2030. Ia didampingi Ardan Lelemappuji sebagai sekretaris, serta Syamsinar G. Moga sebagai bendahara. Bersama pengurus lainnya, ketiganya dikukuhkan oleh Sekjen BPP KKLR Hi Jaya Lupu.
Gubernur Anwar Hafid dalam sambutannya, menyampaikan betapa kuatnya ikatan emosional antara dirinya dengan Tanah Luwu. Ia mengenang awal kariernya sebagai ASN dimulai dari Bastem, Luwu. Pada tahun 1992 ia diangkat menjadi kepala desa.
“Selama 17 tahun saya mengabdi di Tanah Luwu. Bayangkan saja, bahasa Bungku – kampung kelahirannya, sempat ia lupa, gara-gara lebih sering menggunakan bahasa Luwu,” ungkapnya.
Tidak heran, kata Anwar Hafid, kultur dan budaya Luwu sangat melekat dalam dirinya. Dari Tanah Luwu, modal kepemimpinan Gubernur Sulteng itu terbentuk.
“Jiwa dan karakter kepemimpinan saya, terbentuk dari Tanah Luwu. Orang Luwu bilang, kalau sudah pernah mandi Wai Bulawan (salah satu sungai di Tanah Luwu), akan jadi pemimpin besar,” kata Anwar.
Ia menceritakan pengalamannya tinggal di daerah terpencil tanpa listrik, saat menjadi kepala desa di Rantebala – daerah yang dikenal dengan tambang emasnya.
Setelah itu, ia menjabat Camat Towuti dan Camat Sorowako, sebelum menjabat Kabag dan Asisten I, hingga akhirnya kembali ke Morowali pada 2007 ikut Pilkada.
“Karena itulah, culita-cita membangun Sulawesi Tengah Nambaso (Sulteng besar/maju), terinspirasi dari pengalaman di Tanah Luwu. Saya ingin membangun Sulteng seperti saya dulu membangun dan mengabdi di Luwu,” tegasnya.
Gubernur Anwar Hafid juga menyinggung empat pondasi kehidupan menurut Rasulullah SAW, sebagai pedoman dalam membangun peradaban.
Yaitu, menyebarkan keselamatan (afsu salam), memberi makan kepada sesama, menjaga silaturahmi, dan membangun shalat di keheningan malam.
“Saya mohon doa dan dukungan dari keluarga besar KKLR. Mari kita bersama-sama kita membangun Sulteng yang Nambaso, tanah yang kita pijak sekarang ini,” Anwar mengajak seluruh keluarga besar dan pengurus KKLR Sulteng yang dikukuhkan hari itu.
Ia turut menekankan pentingnya loyalitas dan tata kerja dalam pemerintahan. “Kalau saya berani, maka pegawai harus ‘takut’ dalam arti taat dan patuh. Jangan saya berani, kalian juga berani. Itu bahaya,” katanya disambut tawa dan tepuk tangan hadirin.
Gubernur Sulteng menyampaikan program prioritas pemerintahannya salah satunya adalah Berani Cerdas. Program ini membebaskan biaya pendidikan bagi siswa miskin dan berprestasi asal Sulteng.
Dalam menyukseskan program ini, ia meminta sekolah agar tidak melakukan pungutan lagi kepada siswa.
“Pendidikan adalah hak setiap anak Sulteng. Jangan ada yang aneh-aneh dalam mendukung program ini,” tandas Anwar.
Di acara itu, Gubernur Anwar Hafid dipasangi pin oleh Sekjen BPP KKLR, Hi Jaya Supu, sebagai bentuk penghormatan atas kedekatan Anwar Hafid ddengan masyarakat Luwu.
Sekjen BPP KKLR Puji Sulteng
Sekjen BPP KKLR, Hi. Jaya Lupu menyampaikan apresiasi atas kehadiran Gubernur Anwar Hafid di acara itu. Ia menyebut kehadiran gubernur menjadi magnet tersendiri bagi masyarakat KKLR untuk hadir. Sehingga kegiatan Halal Bihalal tahun ini berlangsung meriah dibanding tahun-tahun sebelumnya.
“Sulawesi Tengah, khususnya Kota Palu, memiliki pesona alam yang luar biasa. Saat pesawat saya akan mendarat kemarin, saya melihat Sulteng dari udara seperti mangkok yang dikelilingi pegunungan hijau. Indah sekali,” ujarnya memuji.
Ia juga kagum dengan geliat ekonomi kerakyatan di Sulteng. “UMKM di sini luar biasa. Uang berputar di masyarakat. Ini patut diapresiasi,” lanjutnya.
Jaya Lupu mengemukakan, sekitar 6.000 warga asal Luwu Raya kini bermukim di Sulawesi Tengah. Mereka aktif di berbagai profesi. Ia menitipkan agar Gubernur Sulteng memberi perhatian kepada komunitas ini.
“Kami titipkan warga kami, Pak Gubernur. Jika mereka berada di jalan yang benar, dukunglah. Jika keliru, bimbinglah,” pesannya. (*)