News  

Dihadapan Menko AHY, Gubernur Tegaskan Sulteng Siap Menjadi Jantung Konektivitas Nasional

PALU – Sulteng berpotensi menjadi jantung konektivitas nasional yang menghubungkan antara kawasan timur dan barat Indonesia seiring pemindahan ibukota negara dari Jakarta ke IKN.

Dalam rangka mewujudkan visi besar ini, Gubernur Anwar Hafid, menyampaikan usulan infrastruktur strategis yang dibingkai dalam program BERANI di hadapan Menko Bidang Infrastruktur dan Pembangunan Wilayah Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) pada pertemuan di ruang Polibu Kantor Gubernur Sulawesi Tengah, Rabu sore (9/7).

Salah satu usulan strategis ialah pembangunan jalan bypass Palu-Parigi sepanjang 48,75 kilometer yang dirancang sebagai alternatif terhadap jalur eksisting kebun kopi yang sangat rentan terkena longsor dan ‘langganan’ buka-tutup jalan.

“Anggaran (yang dikucurkan) sangat besar untuk membiayai (jalur kebun kopi) tapi potensi longsor sepanjang waktu,” urainya tentang pembiayaan merawat jalur kebun kopi yang tak pernah selesai.

Jalur ini ditegaskan gubernur merupakan satu-satunya arteri vital karena menghubungkan Palu (Sulteng) dengan kota-kota provinsi lainnya di utara dan selatan Pulau Sulawesi sehingga jika terganggu dapat berakibat fatal dengan putusnya rantai pasok logistik.

Dengan pertimbangan ini maka gubernur berharap pembangunan jalan bypass Palu-Parigi terwujud sebagai jalur alternatif lebih hemat waktu, jarak dan lebih resilien (aman longsor) daripada jalur kebun kopi.

Tak sampai di sini, Gubernur Anwar Hafid juga menyoroti pentingnya pembangunan ruas jalan Tambu-Kasimbar yang strategis dalam menopang IKN.

Jalan ini ungkapnya akan mendukung Sulteng sebagai kawasan ‘hub’ atau penghubung Kawasan Timur Indonesia via Kasimbar dan di sebelah barat dengan Tambu yang berhadapan muka dengan IKN.

Selain mengintegrasikan Sulteng dalam jaringan logistik nasional, jalan Tambu-Kasimbar otomatis mengukuhkan Sulteng sebagai kawasan penyangga utama IKN.

Selain itu, Gubernur Anwar Hafid juga mengusulkan pembangunan ruas jalan Palu-Kulawi-Gimpu-Peana-Kalamanta hingga batas Sulawesi Selatan yang diestimasi memangkas jarak hingga 200 kilometer dengan wilayah Sigi sebagai pintu masuknya, jika dibandingkan dengan menempuh jalan poros Mangkutana (Sulsesl)-Pendolo (Poso).

Selain menghemat waktu dan jarak tempuh, jika pembangunan terealisasi akan berdampak positif bagi pariwisata dengan terangkatnya destinasi wisata seribu megalit dan kawasan biosfer Taman Nasional Lore Lindu.

Tak hanya di kawasan Pasigala dan Parigi Moutong, gubernur juga memberi perhatian serius terhadap pembangunan jalan yang menyentuh wilayah timur Sulteng khususnya di Kabupaten Banggai.

Tepatnya ruas jalan di area ‘kepala burung’ sebagai katalisator bagi masuknya investor, terutama pengembangan potensi tambang udang yang menjanjikan di kawasan ini.

Pemerataan pembangunan infrastruktur jalan lewat BERANI Lancar juga menyentuh wilayah-wilayah kepulauan yang menjadi destinasi wisata yakni jalan lingkar di Kepulauan Togean (Tojo Unauna), ruas Tonusu-Pendolo (Poso) mengitari Danau Poso dan ruas jalan Salakan ke Paisupok (Banggai Kepulauan).

“Paisupok ini menurut informasi Pak Menko adalah danau terjernih di dunia,” ucap gubernur menyanjung keindahan danau Paisupok yang sudah mendunia.

Prioritas lainnya juga ditujukan pada ruas jalan penghubung antara Morowali Utara dan Banggai yang merupakan sentra industri di Sulteng.

Lalu di bagian utara yakni ruas jalan nasional penghubung antara Kabupaten Tolitoli dan Buol yang sudah lama dikeluhkan dan jadi aspirasi masyarakat untuk segera diperbaiki Kementerian PU lewat Balai Jalan.

“Apa yang kami sampaikan semoga direspon,” harap Gubernur Anwar Hafid ke Menko AHY yang akhirnya berkesempatan hadir di kantor gubernur Sulteng untuk pertama kalinya.

[*BiroAdpim]